Daftar Blog Saya

Jumat, 25 Februari 2011

surat untuk dpr no.36/2010

DIALOG IMAJINER DENGAN ROSUL MUHAMMAD
No.: 36/DP.CS-67/RAF/01/2011

Kepada yth.:
Ketua MPR-DPR RI
Untuk disebarkan kepada seluruh anggota
 Jakarta Pusat l0.000

NKRI KINI NEGARA LIBERAL YANG TUHANNYA EGO MANUSIA
Memenuhi amanat Alloh yang pengasih-penyayang.
      Tuan SBY itu penganut hukum agama penyembah Ka’bah yang taat dan penganut hukum kesepa-katan politik yang patuh, sehingga kalau para tokoh lintas agama dan politisi menuduh Tuan SBY tukang bohong, itu ajaran kebenaran mereka sendiri. Artinya kalau Tuan SBY tukang bohong, ke-bohongan itu watak agama-politik yang menganut hukum ego manusia tak bermoral.
      Kami katakan hukum ego tak bermoral. Sebab amburadulnya hukum negara merupakan bukti tak terbantah keberhasilan gemilang rencana Orde Baru dalam mengganti akar Pancasila dari sila ke-1 (Tuhan YME) kepada sila ke-2 (manusia) melalui Tap MPR II/1978 dan P4. Dengan demikian NKRI kini jadi negara liberal tidak bertuhan YME lagi, tetapi tuhan ego manusia penyembah duit sebagai kebenaran segalanya. Mafia menjadi penguasa negara, pemerintahan diatur-dikelola para penjahat da-ri penjara, penjara jadi hunian orang miskin yang butuh duit menggantikan napi kaya.
      Begitulah ketika orang yudikatif-legislatif-eksekutif sudah tidak bermoral, negara dikuasai manu-sia hewan. Sebab semua penghuninya mengaku beragama dan 90 %-nya penganut agama Islam. Bukti amat jelas bahwa agama bukan pembina moral tetapi penghancur moral. Para pemimpin penganut aga-ma bukan pengatur urusan pengemban amanat Alloh, tetapi pecundang-taklukan penyembah mayat.

Rosul: “Itu terjadi karena mereka semua mendustakan kami para rosul dengan ajaran agama yang jus-tru merupakan fitnah yang menyakitkan hati kami. Sekarang silahkan buka tafsir barunya”.

DI NERAKA, ORANG BAKHIL AKAN MERANGKAK SEPERTI HEWAN
Umat: “Baik. Pada tafsir yang lalu ada sedikit kesalahan. Tafsirnya sudah benar, tetapi salah menyebut komponen ayatnya. Komponen hukum dari dimensi ilmu seharusnya hanya ayat 176-177. Se-dangkan ayat 178-182 mestinya komponen akal dari dimensi pemimpin. Karena itu Ali Imron 183-187 adalah komponen pengetahuan dari dimensi pemimpin. Unsur-unsurnya adalah: ayat 183 rumusan akal, ayat 184 gejala-tampak, ayat 185 data ilmu, ayat 186 simpulan pemimpin, dan ayat 187 rumusan hukumnya.
                  Ayat 183. Ada orang-orang yang mengatakan: ‘Sesungguhnya Alloh telah memerintahkan kepada kami, supaya kami jangan beriman kepada seorang rosul sebelum dia mendatang-kan kepada kami korban yang dimakan api’. Katakan: ‘Sesungguhnya telah datang kepada kamu beberapa orang rosul sebelumku, membawa keterangan-keterangan nyata dan mem-bawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh mereka jika kamu orang-orang yang benar?’.
            Tafsirnya:
                  Dari latarbelakang (ayat 103-125) diperoleh keterangan. Menurut Hukum Akal semua il-muwan ummi terutama haji yang telah melakukan upacara haji-umroh oleh bangsa malaikat di-sebut pemimpin atau rosul (pemimpin akal utusan Akal), karena sudah membuang kecintaan terhadap fisik-materi sehingga bermoral mulia. Nilai satu ilmuwan ummi di mata Tuhan Alloh = sepuluh ilmuwan materialistik penganut hukum rasa, sehingga 300 pasukan mu’min ummi di perang Badar nilainya 3000 malaikat, dan 500 mu’min ummi di perang Uhud nilainya 5000 malaikat..
                  Dari gejala-tampak (ayat 126-153) diperoleh petunjuk. Di medan Uhud pasukan mu’min terbelah dua jadi mu’min ummi penganut kebenaran akal dan mu’min agama-politik penganut kebenaran rasa-jasad yang kemaruk harta rampasan, sehingga mereka terkepung dan banyak yang mati dibantai dalam jebakan musuh. Sejak perang Uhud itulah Muhammad menetapkan Baitulloh (Rumah Alloh) di Mekah sebagai kiblat peradabannya, yang justru membuat banyak agamawan-politisi mundur dari anutan hukum peradaban kembali kepada anutan hukum agama masing-masing, karena tidak memahami kiblat yang ditetapkan Muhammad dan menyangka Rumah Alloh itu sebagai kiblat agama orang Mekah untuk disembah.
                  Penelitian ilmu (ayat 154-177) memberi data. Orang mu’min ummi telah meninggalkan ke-cintaan terhadap rasa-jasad, sehingga tidak punya rasa takut mati menghadapi musuh. Sebab mereka yakin, meski jasadnya mati, dirinya tidak ikut mati, karena Alloh akan memberi karu-nia hidup kekal, sehingga nilai seorang mu’min ummi sama dengan 10 orang pasukan agama-politik. Ketika jasad mu’min ummi gugur dalam perang, diri mereka kembali ke alam ruh de-ngan nikmat akal dan karunia hidup kekal dari Alloh. Meski jasadnya mati, mereka merasa ti-dak mendapat bencana apa-apa.
                  Dari latarbelakang, gejala-tampak, dan data ilmu tersebut diperoleh rumusan akal pemim-pin berikut. Orang-orang (pejabat-penguasa-pengusaha-agamawan-politisi-aparat hukum) yang bakhil (kikir) dengan harta dan karunia otak tingginya yang diberikan Alloh melalui perbuatan dusta-buruk-salah-jahat-takadil, sekali-kali jangan mengira kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebab Tuhan Alloh bukan hukum kesepakatan ego kelompok mereka yang berkuasa, tetapi hu-kum-hukum ruang yang tidak bisa disogok-disuap dengan ritual penyembahan, tumpukan harta setinggi gunung, atau kekuasaan besar dalam sebuah negara. Di hari kiamat kelak, kebakhilan itu akan membebani mereka amat berat seperti beban yang dikalungkan dilehernya. Mereka ti-dak akan bisa berjalan tegak, melainkan merangkak dengan susah payah seperti hewan keledai hina penarik beban. Kemudian di dalam neraka, kekuasaan dan harta yang dibakhilkannya itu akan berubah jadi api pembakar tubuh mereka sendiri.  
                   Hal itu terjadi karena dengan menafsirkan kebenaran petunjuk rosul sebagai sabda suci Al-loh, para pejabat-penguasa-pengusaha-agamawan-politisi-aparat hukum yang kikir (bakhil) itu mayoritasnya menyatakan: ‘Sesungguhnya Alloh telah memerintahkan kepada kami, agar kami jangan beriman kepada seorang rosul sebelum dia mendatangkan bukti kepada kami korban yg dimakan api’. Perkataan itu diambil mereka dari bunyi tertulis ayat tanpa mengetahui bahwa, korban yang dimakan api itu celupan ilmu. Karena itu katakan olehmu kepada mereka:
                   ‘Sesungguhnya sebelum aku telah datang beberapa orang rosul kepada kamu manusia. Me-reka membawa keterangan dan bukti nyata dari hasil penelitian ilmu. Mereka membawa cerita bahwa dirinya telah jadi korban dibakar suhu ruang dahsyat (korban yang dimakan api) ketika melakukan perjalanan menembus hukum-hukum ruang (cermin C-CP-T) dari alam kasar ke alam halus ke alam lembut, bahkan hingga ke ufuk peristiwa yang panas suhunya miliaran de-rajat. Tetapi karena telah membunuh-mengosongkan-membuang rasa-jasad dirinya, mereka ja-di suci dari kekotoran rasa-jasad, sehingga tidak merasakan lagi panas suhu-suhu ruang yang dahsyat itu’. Jika kalian memang orang-orang (para penganut hukum) yang benar, lalu me-ngapa kalian membunuh para rosul seperti almasih Isa putera Maryam yang tidak pernah minta balasan apa-apa sebab sudah meninggalkan kecintaan terhadap rasa-jasad? Pembunuhan itu ka-mu lakukan hanya karena mereka selalu mengajak kalian berbuat bajik dan memperingatkan perilaku-perbuatan kalian yang salah dan jahat?”.

Rosul: “Para rosul itu telah membuang kecintaan terhadap fisik-materi, dan menjadi orang-orang suci bermoral pengasih-penyayang, sehingga mustahil akan berperilaku brutal-biadab seperti FPI dan teroris. Itu satu di antara alasannya ketika kalian membunuh para rosul, mereka tidak mela-wan kekejaman kalian meski semuanya memiliki ilmu tinggi. Mereka justru menilai kematian dirinya merupakan akhir dari tugas hidupnya di dunia. Silahkan teruskan lagi tafsirmu”.
MENURUT AGAMA ISLAM, ALLOH ITU PENYAIR DAN TUKANG SIHIR
Umat: “Ayat 184. Jika mereka mendustakan kamu, sesungguhnya rosul-rosul sebelum kamu pun telah didustakan, mereka membawa keterangan-keterangan nyata. Zabur dan kitab yang memberi penjelasan.
           Tafsirnya:
                  Taurot-Zabur-Injil adalah kitab susunan para rosul pembawanya sendiri. Di dalamnya ber-isi petunjuk ilmu-teknologi-hukum penciptaan, dan Qur’an yang dirumuskan Muhammad seba-gai kitab bayangan cermin dari Taurot-Zabur-Injil berisi petunjuk moral hukum-teknologi-ilmu penciptaan. Kebenaran petunjuk itu bukan pada permukaan atau bunyi tertulis ayat-ayatnya, te-tapi pada gejala-tampak ayat sebagai celupan dari kebenaran ilmu dan hukumnya. Tetapi kare-na ayat-ayat itu dipercaya sebagai sabda suci Alloh yang mutlak benarnya menurut bunyi tertu-lis, mereka (para penganut agama) telah mendustakan petunjuk para rosulnya. Ketika kamu membuka kebenaran petunjuk itu dengan menggunakan sunnah Muhammad (pola disiplin il-mu), kebenaran yang kamu kemukakan justru selalu bertentangan dengan kebenaran yang di-imani mereka, sehingga mereka menolaknya dengan keras.
                   Karena itu jika mereka menolak peringatan yang kamu tafsirkan dari petunjuk Qur’an de-ngan disiplin ilmu, berarti mereka mendustakan petunjuk para rosul. Sebab sesungguhnya pe-ringatan para rosul dalam Qur’an yang tampil sebelum kamu juga telah didustakan oleh mere-ka. Padahal mereka (para rosul) itu pembawa keterangan-keterangan (kebenaran-kebenaran il-mu) yang nyata dari hasil penelitian terhadap gejala-tampak alam peragaan dan hukum-hukum ruang pengaturnya. Tetapi kebenaran ilmu dalam Taurot susunan Musa yang kebanyakannya ditemukan para ilmuwan Barat (para nabi Barat) itu mereka tolak dengan menyatakan, semua ilmu temuan orang Barat yang sekuler (penganut kebenaran akal) itu bukan datang dari Tuhan tetapi datang dari setan.
                   Ketika ilmu-ilmu itu menghasilkan zabur berupa benda-benda teknologi ciptaan akal tinggi seperti motor-mobil-kapal-televisi-komputer-kulkas-handphone dan berbagai perlengkapan-pe-ralatan rumahtangga lainnya, mereka para agamawan-politisi penolak akal dan ilmu itu tanpa punya malu menggunakannya dengan serakah untuk memenuhi kebutuhan bagi kesenangan hi-dup dirinya. Mereka tidak tahu samasekali bahwa pembuatan semua benda teknologi peleng-kap hidup itu dasar petunjuknya sudah ada pada Zabur susunan Daud, dan dasar hukum-hukum pengaturnya sudah disusun Maryam dalam Injil sebagai kitab petunjuk ilmu-teknologi hukum yang memberi penjelasan tentang hukum evolusi penciptaan.
                  Tetapi karena kitab Taurot-Zabur-Injil tersebut disembunyikan para pemimpin Israil, maka Muhammad merumuskannya lagi dalam Qur’an dengan dilandasi moral pengasih-penyayang Akal. Sungguh malang, nasib Qur’an yang jadi petunjuk moral hukum-teknologi-ilmu pencip-taan semua rosul itu juga telah diputar-balik oleh hadits susunan Arab-Yahudi, sehingga mayo-ritas penganut agama Islam menilai puisi Qur’an tidak lebih dari sya’ir untuk dilantunkan dan mukjizat sihir sabda suci Alloh yang sakral pula, sama seperti nasib Taurot-Zabur-Injil. Pa-dahal sejak awal penyusunannya Muhammad sudah mempersiapkan penangkalnya berupa la-rangan berulang-ulang kepada manusia agar tidak menuliskan-mengumpulkan-mengimani ha-dits dengan ancaman neraka (pengantar Qur’an Depak RI hal. 114), karena ucapannya yang benar hanya puisi Qur’an yang disusun dalam sunnah Muhammad (pola qisos disiplin ilmu). Tetapi karena menolak akal, daya pikir para agamawan-ulama-politisi Islam jadi bebal seting-kat keledai, tidak mampu menangkap larangan itu, sehingga sejak menganut hadits, agama Is-lam tidak memiliki nabi penemu ilmu dan pembuat teknologi samasekali”.      

Rosul: “Dalam Qur’an aku telah mengatakan bahwa bangsa Yahudi itu sukar dipercaya keimanannya, dan para ahli kitab (agamawan-ulama-politisi pembuat aturan-uu-hukum) yang kurang akalnya telah menyimpangkan kata celupan ayat-ayat Qur’an yang disusun dalam bahasa puisi menjadi sabda suci Alloh, sehingga tanpa disadari mayoritas penganut agama Islam menganggap Qur’-an tidak lebih dari ayat-ayat sya’ir untuk dilantunkan dan mukjizat sabda Alloh sebagai pe-nyair dan tukang sihir (Haaqqoh 41-42). Silahkan teruskan lagi tafsirmu”.
KESENANGAN JASAD = KESENANGAN TIPUDAYA RASA
Umat: “Ayat 185. Tiap-tiap yang berjiwa (punya rasa) akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, sungguh dia telah beruntung. Dan kehidupan dunia tidak lain hanya kese-nangan yang memperdayakan.
            Tafsirnya:
                  Alloh adalah Akal, Tuhan Alloh adalah Hukum Akal, katalisator penghidup rasa pemba-bangun jasad dan pemroses perilaku-perbuatan jasad adalah bangsa akal. Akal, Hukum Akal, dan bangsa akal sebagai ruh tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal dan tidak adil. Karena itu alam dan seluruh isinya diciptakan dengan ilmu yang berlangsung dalam proses evolusi perubahan bentuk mengurut sinambung dari bahan hingga jadi benda-peristiwa dan dari sebab ke akibat. Dengan demikian bila proses evolusinya dijejaki mundur ke belakang dan maju ke depan, maka seluruh penciptaan akan dapat dijelaskan akal dengan alasan-alasan ilmu yang benar.
                   Hasil penjejakan mundur menyatakan. Sebelum penciptaan makhluk, Alloh hadir berjasad sendirian tanpa ditemani apapun dan siapapun. Untuk menciptakan makhluk (alam dan segala isinya) sebagai pasangan hidupnya (isterinya), Alloh memerlukan bahan. Karena tidak ada ba-han, Alloh membuang jasadnya untuk dijadikan bahan yang diproses menjadi rasa (quark). Setelah jasadnya dibuang, Alloh (Akal) sebagai Dzat Mahahidup lenyap tanpa ujud jadi pen-cipta yang antirasa-antijasad. Karena itu ruh yang jadi katalisator penciptaannya pasti bangsa akal, sebab diciptakan dari zathidupnya sendiri sebagai moral pengasih-penyayang. Kemudian di tempat lenyapnya Alloh muncul thermonuklir raksasa sebagai Tuhan Alloh (Hukum Akal = cermin CPT) yang jadi mesin kerja alam pengatur-pengendali segala ciptaan (Nuur 35).
                  Dari uraian tersebut jelaslah, seluruh makhluk (alam berikut segala isinya) yang diciptakan dari rasa jasad Alloh adalah isteri Alloh (pasangan hidup Akal Mahahidup). Karena itu zathi-dup yang jadi katalisator penciptaannya juga pasti akal yang menghidupkan rasa makhluk. Se-telah dihidupkan, bahan jadi rasa pusingan jenuh, sehingga penciptaan makhluk berjasad hanya mungkin terjadi hanya jika akal penghidupnya membawa tenaga-tambahan sebagai isterinya (pasangan zathidupnya) untuk memproses pembangunan jasad melalui pemadatan bahan dalam percepatan pusingan terus meningkat.  
                        Karena jasad dibangun dari rasa yang mati, maka tiap-tiap makhluk berjasad yang punya rasa (punya ego = berjiwa) pasti akan merasakan mati kembali bila rasa jasadnya sudah tidak mampu lagi menumbuk akal pemroses keinginannya. Dengan demikian menjadi jelas, semua makhluk akan mati ketika jiwanya (egonya = rasa jasadnya) tidak mampu lagi menumbuk akal penghidupnya. Kalau mereka menganut hukum rasa-jasad, ketika jasadnya mati, dirinya ju-ga turut mati. Mereka hanya akan hidup kembali dalam proses kiamat ketika egonya yang mati menumbuk cermin-P sehingga jasadnya bersatu kembali dengan akalnya. Karena sesungguh-nya Tuhan Alloh (Hukum Akal) ialah hukum sebab-akibat, yang pada akhir kiamat akan mem-beri pembalasan setimpal. Pembalasan akan disempurnakan dalam bentuk pahala syurga atau siksa neraka menurut moral perilaku-perbuatan kamu ketika hidup di alam sebab.
                        Pada peradilan Hukum Moral di akhir kiamat, orang ummi yang dijauhkan dari alam siksa-an neraka karena menganut kebenaran akal dan oleh Ridwan dilontarkan masuk ke dalam syur-ga, sungguh dia telah menjadi makhluk beruntung. Sebaliknya penganut kebenaran rasa-jasad agama-politik, ketika mereka dihidupkan kembali oleh akalnya, mereka akan dilontarkan Ma-lik ke alam siksaan kekal neraka, sehingga dia hidup hanya untuk jadi makhluk yang merugi. Karena sesungguhnya kesenangan hidup rasa-jasad di dunia tidak lebih hanya kesenangan yang memperdayakan.

Rosul: “Dengan kata lain, orang yang ketika rasa-jasadnya mengalami kematian tetapi dirinya tidak mati, dipastikan di hari akibat akan menjadi orang yang beruntung. Sebaliknya, orang yang ketika rasa-jasadnya mati dan dirinya turut mati, dipastikan di hari akibat akan menjadi orang yang merugi. Sebab kesenangan jasad itu tipudaya rasa. Silahkan teruskan lagi tafsirmu”.
SEMUA AGAMA MEMFITNAH KESUCIAN DIRI ROSULNYA SENDIRI
Umat: “Ayat 186. Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan kamu akan mendengar banyak gangguan yang menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab se-belum kamu dan dari orang-orang yang menyekutukan. Dan jika kamu sabar dan takwa, se-sungguhnya hal itu termasuk urusan yang patut diutamakan.
            Tafsirnya:
                  Pada 14 abad silam Muhammad telah merumuskan Teori Tentang Kebenaran (The Theory of Truth). Rumusannya menyatakan, tiga anutan kebenaran yang manggung sepanjang zaman di dunia adalah kebenaran korespondensi (peradaban akal yang takwa, Baqoroh 2-5), kebenar-an pragmatis (agama yang kafir karena menyekutukan Akal dengan mayat, Baqoroh 6-10), dan kebenaran konsistensi (politik tipudaya ego yang munafik, Baqoroh 11-15).
                  Kebenaran korespondensi peradaban menyatakan, kebenaran harus selaras dengan fakta, sejalan dengan kenyataan, dan serasi dengan bukti penelitian. Kebenaran pragmatis agama me-nyatakan, di dunia ini tidak ada kebenaran mutlak, karena itu kebenaran ialah yang sesuai de-ngan praktek ritual menyembah penguasa untuk mendapat ampunan dosa dan penghunian syur-ga yang memuaskan perasaan. Kebenaran konsistensi politik menyatakan, kebenaran bukan yg sejalan dengan kenyataan, tetapi sesuai dengan pernyataan-pernyataan (aturan-uu) sebelumnya yang telah disepakati bersama, atau kebenaran kesepakatan ego-kelompok kuat yang memuas-kan jasad dalam meraih kekuasaan-kekayaan diri dan kelompoknya.
                  Dari tiga kebenaran itu jelas sekali, kebenaran agama dan politik bukan kebenaran alam hasil penelitian ilmu, tetapi kebenaran ego (rasa) yang diterima selaku benar karena pamrih yg memuaskan perasaan (agama) dan ambisi ego yang memuaskan jasad. Dua kebenaran ini justru mendominasi kehidupan manusia di dunia, sehingga di sepanjang zaman kehidupan manusia penuh bencana permusuhan-pertengkaran-penindasan-pembunuhan karena kepentingan diri yg memuaskan rasa-jasad. Karena itu Muhammad menyatakan. Dengan menganut tiga kebenaran itu, kamu manusia sungguh-sungguh akan diuji oleh anutan masing-masing terhadap harta dan perilaku dirimu. Ketika kamu menganut kebenaran pragmatis agama, kamu tidak akan mampu melepaskan diri dari ritual menyembah mayat (jasad-benda-patung-ka’bah) yang diimani, ka- rena penyembahan itu justru merupakan syarat untuk memperoleh pamrih yang kamu ingini. Artinya, kalau tanpa pamrih, mustahil kamu penganut agama mau melakukan penyembah-an. Ketika kamu menganut kebenaran konsistensi politik, kamu tidak akan bisa melepaskan diri dari aturan-uu penguasa (ego kuat) yang disepakati, sebab aturan-uu itu justru merupakan syarat untuk memperoleh ambisi yang kamu ingini.
                   Sebaliknya ketika kamu menganut kebenaran korespondensi peradaban, penyembahan dan aturan-uu kesepakatan bukan syarat perjalanan hidupmu. Sebab kebenaran syarat itu berada di balik tabir alam peragaan (Syuuro 51). Syarat tersebut berupa amanat dari hukum-hukum ruang (cermin C-CP-T-P) penolak rasa-jasad (nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi). Maka dalam perjalanan hidupmu, kamu beriman kepada moral kasih-sayang Alloh, terus berusaha melaku-kan puasa membunuh-membuang kecintaan terhadap segala yang bersifat fisik-materi dengan mengharamkan menyembah mayat (jasad-benda-patung-ka’bah), memeras-menumpahkan da-rah (menindas-mengusir-menganiaya-membunuh sesama), makan daging babi (membunuh-membuang nafsu syahwat-angkara-pamrih-ambisi jasad), dan menganut hukum agama-politik yang tidak ditetapkan Akal (Baqoroh 173).
                  Karena pegangan hidupmu bertentangan dengan anutan ahli kitab (pembuat aturan-uu-hu-kum ego), maka dalam perjalanan hidupmu akan mendengar banyak gangguan fitnah yang me-nyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab petunjuk oleh para rosul sebelum kamu, ka-rena mereka telah berpaling dari petunjuknya. Tetapi jika kamu tahu perilaku sabar (bermoral pengasih-penyayang) dan takwa (mematuhi Hukum Akal) datangnya dari Alloh, sesungguh-nya hanya sabar dan takwa itulah yang patut diutamakan dalam perjalanan hidupmu.

Rosul: “Contoh paling dekat tuduhan yang menyakitkan itu dialami olehku sendiri. Sejak kekholifahan Madinah dirubah jadi kerajaan, mayoritas penganut agama Islam mengimani kebenaran hadits yang menjatuhkan diriku ke comberan sebagai rosul bebal, tukang kawin dan kumpul kebo, pembuat ajaran keos (baca buku kumpulan hadits dan buku Muhammad The Final Messenger karangan Dr. Majid Ali Khan). Silahkan selesaikan tafsirmu”
              
EXODUS-BIBBLE-HADITS, TUKARAN KITAB ROSUL YANG AMAT BURUK
Umat: “Ayat 187. Dan ketika Alloh mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab: ‘Hen-daknya kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyi-kannya’. Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung, dan mereka menukar-nya dengan harga yang sedikit. Amat buruk tukaran yang mereka terima.
            Tafsirnya:
                  Dari latarbelakang, gejala-tampak, data ilmu, dan simpulan pemimpin diperoleh rumusan hukumnya sebagai berikut. Taurot-Zabur-Injil adalah karya para rosul pembawanya sendiri, yaitu Musa-Daud-Maryam yang didalamnya berisi petunjuk ilmu-teknologi-hukum penciptaan. Begitu pula dengan Qur’an sebagai kitab bayangan cermin dari Taurot-Zabur-Injil adalah karya Muhammad sendiri yang didalamnya berisi moral hukum-teknologi-ilmu penciptaan. Tetapi agamawan-politisi di sepanjang zaman telah mengubah empat buku petunjuk rosul itu sebagai kitab suci sabda Alloh, karena disimpangkan oleh para ahli kitabnya (pemimpin agama-poli-tiknya) sendiri yang telah diberi kitab oleh para rosul.
                  Padahal ketika para agamawan-politisi (orang-orang) yang telah diberi kitab petunjuk oleh para rosul dengan janji akan mengemban amanat rosul itu, karena rosul adalah pemimpin akal utusan Akal, sama artinya dengan Akal mengambil janji dari mereka sebagai berikut: ‘Ketahui oleh kamu wahai para ahli kitab. Taurot itu buku petunjuk ilmu penciptaan, Zabur adalah buku petunjuk ilmu-teknologi penciptaan, Injil adalah buku petunjuk ilmu-teknologi-hukum pencip-taan, dan Qur’an adalah buku moral hukum-teknologi-ilmu penciptaan. Karena itu, hendaknya kamu menerangkan isi kitab-kitab itu kepada manusia sesuai dengan kebenaran petunjuknya, dan jangan sekali-kali kamu menyembunyikan kebenarannya’. Maka mereka pun menyatakan akan memenuhi janji yang diamanatkan Akal itu.
                  Tetapi setelah para rosul pemberi kitab petunjuknya wafat, mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka, seolah mereka tidak pernah mengucapkan janji itu. Lalu mere-ka menukar isi buku petunjuk tersebut dengan Exodus-Bibble-Hadits susunan mereka sendiri yang dinyatakan sebagai penjabaran rosul dari kitab suci sabda Alloh atas petunjuk Alloh lang-sung, yang bernilai kebenaran permukaan amat sempit (dengan harga yang sedikit). Sungguh amat buruk harga tukaran yang diterima para ahli kitab (agamawan-politisi) itu dari para ahli kitab yang pertama diberi kitab oleh para rosul. Karena kebenaran Exodus-Bibble-Hadits yang diberikannya merupakan kebohongan hasil rekayasa otak egois yang memuaskan perasaan pe-nyusunnya sendiri.    
                 

                                                                                                                      Bandung, 15 Januari 2011
Tembusan disampaikan kepada yth.:                                                             DP Himpala CS-67
1. Mahkamah Agung RI di Jakarta;                                                                               Ketua,
2. Presiden RI di Jakarta;
3. DPRD Tk. I dan Gubernur Jabar di Bandung;
4. DPRD Tk. II dan Walikota Bandung;
5. Beberapa Senat Perguruan Tinggi;                                                                 (S. Anwar Effendie)
6. Beberapa Media Massa;                                                                             
7. Beberapa Tokoh Masyarakat;
8. Lain-lain;
9. Arsip.-
                                                                                                                                               
Ingin tafsir Qur’an disiplin ilmu? Buka: qnolednad.wordpress.com atau qnolednad.blogspot.com                                                                                                           

Senin, 17 Januari 2011

surat untuk dpr no. 34/2010


DIALOG IMAJINER DENGAN ROSUL MUHAMMAD
No.: 34/DP.CS-67/RAF/12/2010

Kepada yth.:
Ketua MPR-DPR RI
Untuk disebarkan kepada seluruh anggota
 Jakarta Pusat l0.000

PARLEMENTER TERSELUBUNG MEMBUAT PARA PEMIMPIN JADI PENGUASA
Memenuhi amanat Alloh yang pengasih-penyayang.
       Ketika Tuan Presiden salah omong dengan menyatakan “monarchi bertabrakan dengan demokra-si”, semua media-pengamat-politisi mengkritisinya hingar-bingar. Tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang membetulkan letak kesalahannya, sehingga masyarakat (kaum varia-sudera) Yogya (ter-masuk seniman-budayawannya) yang sumuhun dawuh ngotot supaya Yogya tetap monarchi. Ternyata Tuan Presiden maupun semua media-politisi tukang ngomong itu tidak tahu perbedaan bentuk dan sistem  Sebab Monarchi adalah bentuk negara sedangkan demokrasi adalah sistem pemerintahan seperti diktator-absolut-otoriter. Buktinya, pemerintahan orde lama dan orde baru di negara republik juga diktator, meski negaranya bukan monarchi.
       Sesungguhnya kesalahan omong Tuan Presiden itu amat sederhana. Seharusnya Tuan SBY me-ngatakan “Monarchi itu bertabrakan dengan NKRI (Republik)”. Karena dalam bentuk Monarchi, tanah negara milik keluarga raja dan raja adalah penguasa (tuhan) yang diangkat turun-temurun. Sedang-kan dalam bentuk NKRI, negara milik Tuhan Alloh dan kepala negara adalah pemimpin (bukan pe-nguasa). Karena itu dalam Monarchi umumnya terjadi revolusi, menghasilkan modernisasi negara jadi Republik sistem parlementer. Keluarga raja tetap pemilik yang mendapat gaji buta dari negara, semen-tara pemerintahan dikuasai wakil rakyat (parlemen) di bawah pimpinan perdana menteri. Artinya, jika Yogya ingin tetap Monarchi dalam NKRI, harus menggunakan sistem parlementer khusus untuk wila-yahnya, sementara NKRI tetap sistem presidentil.
       Sistem presidentil adalah kekholifahan dengan kepala negara sebagai pemimpin. Sistem ini tidak bisa dimodernisasi jadi parlementer, karena akan membuat kepala negara tidak lebih dari boneka par-lemen. Buktinya kebijakan mengangkat para pejabat harus atas persetujuan DPR, sehingga sebenarnya para pejabat itu diangkat bukan atas kebijakan Presiden tetapi atas kebijakan DPR, karena fungsi DPR bukan pengawas lagi, tetapi jadi penentu kebijakan. Dan itu berarti NKRI adalah sistem parlementer terselubung. Hasilnya seperti sekarang, hukum negara amburadul karena orang DPR yang jumlahnya ratusan, jadi tuhan-tuhan pengatur-pengendali negara, berkolusi dengan para pengusaha-parpol-pejabat mafia yang merusak tatanan peradaban.
        
Rosul: “Karena secara terselubung DPR jadi penguasa negara penentu kebijakan dan bukan pengawas kerja yudikatif-eksekutif lagi, maka ratusan anggotanya dengsn seenak perut tanpa punya malu terus menguras duit rakyat untuk kesenangan dirinya. Silahkan buka tafsir barumu”.    

KETIKA JASADNYA MATI, PENGANUT AGAMA-POLITIK TURUT MATI
Umat: “Baik. Ali Imron 171-175 adalah komponen pemimpin dari dimensi ilmu. Unsur-unsurnya ada-lah: ayat 171 rumusan akal, ayat 172 gejala-tampak, ayat 173 data ilmu, ayat 174 simpulan pemimpin, dan ayat 175 rumusan hukumnya.
                  Ayat 171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Alloh, dan Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang beriman.
            Tafsirnya:
                  Di awal penciptaan, Pencipta mengorbankan jasadnya untuk dijadikan bahan isterinya (pa-sangan hidupnya = makhluk). Dengan membuang jasadnya, Pencipta (Dzat Mahahidup) lenyap tinggal Akal (Alloh) tanpa wujud (antirasa-antijasad), dan pembuangan jasad itu membangun Tuhan Alloh (Hukum Akal). Ditempat lenyapnya Alloh muncul thermonuklir raksasa (pelita besar, Nuur 35) yang melangsungkan pembelahan inti berantai sinambung. Hasilnya adalah bangsa zathidup pembawa tenaga-tambahan (isteri) berupa rasa yang mengalir kepada bahan (tenaga negtif pusingan jenuh).
                  Ketika para zathidup menumbuk bahan (isteri Alloh), rasa bahan pun menjadi hidup. Lalu isteri para zathidup mencampuri bahan, sehingga berlangsung pemadatan bahan melalui perce-patan pusingan terus meningkat. Karena takut mati lagi setelah diciptakan, para zathidup mem-buang para isterinya yang berzina dengan isteri Alloh ke permukaan ruang, dan diri mereka lenyap tanpa wujud (antirasa-antijasad) di ruang ke-80 jadi bangsa katalisator (ruh). Sementa-ra bahan dan tenaga-tambahan yang berzina menggebu-gebu, berakhir pada ledakan besar su-pernova di ruang ke-100 sebagai awal kelahiran alam semesta (Nuur 2-4).   
                  Dengan demikian jelaslah. Alloh itu Akal, Tuhan Alloh adalah Hukum Akal, dan ruh yang jadi katalisator penciptaannya bangsa akal. Baik Akal, Hukum Akal, maupun bangsa akal tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal. Karena itu agama yang menganut ke-benaran praktek ritual menyembah mayat (jasad-benda-patung-ka’bah) untuk menghapus dosa (pamrih) yang memuaskan perasaan, dan politik penganut kebenaran tipudaya kesepakatan ego (rasa) untuk meraih kekuasaan (ambisi) yang memuaskan jasad, bukan penganut Alloh dan Tu-han Alloh, tetapi penganut setan (tuhan jasad-rasa) yang kafir dan munafik kepada Alloh.
                  Ketika penganut agama (kebenaran jasad) dan penganut politik (kebenaran rasa) mati kare-na rasa-jasadnya sudah tidak mampu menumbuk akalnya lagi, diri mereka juga turut mati. Se-baliknya, ketika rasa-jasad orang ummi (penganut kebenaran akal) mati, mereka tidak turut mati karena dirinya telah jadi akal (katalisator) yang dianutnya. Karena itu Muhammad me-nyatakan, ketika rasa-jasad penganut kebenaran akal mati, mereka bergirang hati dengan nik-mat (zathidup) dan karunia yang besar (kekekalan hidup) dari Alloh. Sebab dengan menganut kebenaran akal yang jadi tali Alloh itu, Alloh tidak menyia-nyiakan kepatuhan makhluknya. Ternyata kepatuhan itu dibalas Alloh dengan memberikan pahala akal berupa kekekalan hidup kepada orang-orang beriman”.

Rosul: “Alloh yang Mahahidup itu Akal, dan bangsa akal yang jadi katalisator penciptaan bukan milik makhluk tetapi milik Alloh yang nikmatnya (kemampuan menciptakannya) dianugerahkan ke-pada manusia-jin-malaikat-setan agar dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tetapi karena penganut agama dan politik menolak akal, tentu saja Alloh tidak memberikan akal itu kepada mere-ka. Sebaliknya orang ummi memegang kebenaran nikmat Alloh. Maka Alloh membalasnya bukan hanya dengan memberikan nikmatnya, tetapi akal itu bahkan diberikan kepada peme-gangnya, sehingga pemegangnya jadi katalisator yang tidak mati (hidup kekal) seperti diriNya. Silahkan teruskan tafsirmu”.  
   
ATURAN QISOS SHOLAT DALAM MEMBAGI HARTA RAMPASAN PERANG
Umat: “Ayat 172. Orang-orang yang mentaati perintah Alloh dan rosulnya sesudah mereka ditimpa bahaya. Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang takwa ada pahala besar.
            Tafsirnya:
                  Bangsa akal sebagai nikmat Alloh yang dijadikan katalisator penciptaan penghidup bahan, pembangun jasad, dan pemroses perilaku-perbuatan jasad makhluk adalah moral pengasih-pe-nyayang dengan kemampuan ilmu menciptakan benda teknologi. Ketika manusia memegang kebenaran akal, dia tidak akan pernah berhenti melakukan penelitian terhadap alam peragaan, sehingga memperoleh ilmu-ilmu dan dapat menciptakan berbagai benda teknologi. Sementara moral pengasih-penyayangnya akan menyebarkan ilmu dan benda teknologi temuannya bagi kepentingan masyarakat dengan membuang kepentingan metarialistik dirinya. Kalau teknologi temuannya diperdagangkan juga, itu bukan keinginan dirinya tetapi keinginan para pemilik modal yang mendanai penelitiannya
                  Contoh di medan Uhud. Dengan ilmu-ilmu tingginya para nabi pengikut Muhammad ber-hasil mengusir pasukan musuh yang jumlahnya amat besar, untuk menolong mu’min agama dari pembantaian. Setelah semua musuh kabur dari medan Uhud, mu’min ummi (penganut per-adaban akal) mengumpulkan tubuh mu’min agama yang selamat dari pembantaian musuh ka-rena tertidur, di tempat pasukan Madinah berkumpul. Ketika para mu’min agama itu terbangun dari tidurnya, mereka menyaksikan mu’min ummi mengumpulkan semua harta rampasan, ter-masuk yang dipegang kawan-kawannya yang mati, sementara yang dipegang dirinya tetap ber-ada dalam pegangannya, tidak diganggu para pengumpul harta rampasan itu.
                  Mereka mendengar Muhammad bertausiah: ‘Dalam pembagian harta rampasan perang kali ini ada perbedaan dari pembagian di perang Badar. Sebab di perang Badar semua anggota pa-sukan (termasuk penyedia makanan dan pembawa perbekalan) adalah kaum lelaki (mu’min ummi penganut kebenaran akal) tanpa melihat jenis kelamin, sehingga menurut hukum qisos lompatan bundel-bundel di cermin-P semuanya mendapat bagian harta rampasan yang sama, yaitu aturan sholat siang (hukum lelaki = 8/12 atau 2/3 bagian).
                  Tetapi pada perang Uhud ini, pasukan mu’min terbelah dua dengan hadirnya kaum perem-puan (mu’min agama-politik penganut kebenaran rasa-jasad), sehingga mereka memperoleh harta rampasan menurut aturan sholat malam (hukum perempuan = 4/12 atau 1/3 bagian). Sedang bagi mu’min yang gugur berlaku aturan sholat pertengahan (sholat whusta = hukum netral) dengan ketentuan, mu’min ummi menerima 3/5 dari 2/3 bagian dan mu’min agama-politik menerima 3/5 dari 1/3 bagian. Sebab yang 2/5 bagian itu tenaga-tambahan milik akal-nya yang akan digunakan untuk membayar hutang si korban jika punya hutang, untuk kerabat-nya, dan untuk pakir miskin, masing-masing 1/3 dari 2/5 bagian. Kalau si korban tidak punya hutang, maka yang 1/3 dari 2/5-nya masuk ke dalam harta mal bersama bagian pakir-miskin bagi kepentingan dana perjuangan. Silahkan para nabi mengatur pembagiannya’. 
                  Ternyata pembagian yang diatur para nabi itu sangat adil. Mereka melepaskan diri dari ke-pentingan diri-keluarga-kelompoknya, sehingga para mu’min penganut agama yang diselamat-kan ilmu sirep rosul dan tandang para nabi yang menakutkan pasukan musuh, kebanyakannya jadi malu hati. Harta rampasan yang dalam pegangannya tidak diambil tetapi bahkan ditambah jumlahnya sesuai dengan perhitungan yang telah diatur. Mereka sadar, dirinya bisa selamat da-ri kematian berkat pertolongan rosul, para nabi, dan para mu’min ummi. Kesadaran itu telah membuat mereka menundukkan kepala. Ternyata keimanan mu’min ummi itu tanpa pamrih-ambisi, melainkan keluar dari moralnya yang bersih dari kekotoran rasa-jasad.
                  Sejak itu mereka berikrar dalam hati akan hijrah anutan dari kepercayaan dogma agama-politik yang egois-materialistik menjadi mu’min ummi (penganut peradaban akal). Ternyata peristiwa perang Uhud telah menjadi pelajaran amat berharga bagi mereka. Karena sejak itu mereka telah berubah jadi orang-orang yang mentaati amanat-amanat (perintah) Alloh dan petunjuk rosulnya dengan ikhlas sesudah mereka lepas dari bahaya (ditimpa bahaya) kematian karena kemaruk harta rampasan.
                  Dengan menganut kebenaran akal, mereka jadi mengerti sikap kawan-kawannya mu’min ummi yang hidup dalam kesederhanaan, tetapi selalu berbuat kebaikan kepada sesama, tidak memaksakan kehendak, dan selalu berusaha berlaku adil dalam segala urusan yang ditangani-nya. Sebab sesungguhnya ketika berpegang kepada kebenaran akal, kepentingan jasad-materi jadi bernilai amat rendah”

Rosul: “Sesungguhnya mu’min ummi dan para nabi itu sudah memahami hukum-hukum ruang yang mengamanatkan membunuh-mengosongkan-membuang rasa (nafsu) syahwat-angkara-pamrih-ambisi diri. Yang dikejar mereka dalam perjalanan hidupnya ialah takwa (patuh) kepada Tuhan Alloh (Hukum Akal) untuk mendapat pahala besar, yaitu nikmat akal tinggi dan tetap hidup ketika jasadnya mati. Silahkan teruskan lagi tafsirmu”.

RAHASIA KEBERANIAN MU’MIN UMMI, YAKIN DIRINYA TIDAK AKAN MATI
Umat: “Ayat 173. Orang-orang ada yang mengatakan kepada mereka: ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takut kepada mereka’. Perka-taan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: ‘Cukup Alloh jadi pelindung kami dan Alloh sebaik-baik pelindung’.
            Tafsirnya:
                  Peradaban Madinah dibangun Muhammad dalam bentuk pemerintahan demokratis plura-listik penganut Tuhan Alloh. Masyarakatnya bebas menganut agama-kepercayaan masing-ma-sing tanpa diskriminatif samasekali. Tetapi di dalam bermasyarakat, peradaban akal mewajib-kan semua masyarakat mematuhi aturan-uu Hukum Akal yang netral-adil, tidak bisa menerima kebenaran ritual penyembahan agama untuk menghapus dosa yang memuaskan perasaan (pam-rih), dan tidak bisa menerima kebenaran kesepakatan tipudaya politik untuk mengejar kedudu-kan-kekuasaan yang memuaskan jasad (ambisi).
                  Pada bentuk pemerintahan demokratis demikian, masyarakat bebas memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasib dirinya. Ketika pengawasan intel memberitahukan bahwa ada kelompok manusia di bawah pimpinan para tokoh Mekah sedang berkumpul menyusun pasuk-an prajurit dalam jumlah banyak untuk menyerang perkampungan Madinah, rakyat Madinah jadi ribut bahkan banyak yang panik. Karena itu Muhammad mengundang para tokoh masyara-kat Madinah dengan panggilan adzan untuk menggelar musyawarah Jum’at di masjid (rumah rakyat = tempat musyawarah) dalam menghadapi masalah tersebut.
                  Maka berlangsunglah musyawarah Jum’at, dihadiri semua tokoh agama-suku (politik) yang tergabung ke dalam peradaban Madinah. Dalam musyawarah, Muhammad mengemukakan dua opsi: Menyusun pasukan untuk menghadapi musuh di luar Madinah atau mempertahankan diri di perkampungan dari serangan musuh. Para tokoh mu’min agama dan politik semuanya lebih menyukai mempertahankan diri di perkampungan, agar serangan musuh dapat dilawan oleh ke-kuatan seluruh rakyat. Tetapi para tokoh mu’min ummi cenderung memilih menghadapi musuh di luar Madinah. Alasannya, rakyat tidak boleh dibebani tugas berbahaya agar yang tidak pu-nya kemampuan berperang tidak jadi korban sia-sia. Karena sulit diperoleh kesepakatan, para tokoh agama-politik mengusulkan keputusan diambil melalui voting. Hasilnya ternyata para to-koh mu’min ummi yang menang. Artinya, mereka harus menyusun pasukan sukarela yg akan berangkat ke luar Madinah untuk menghadapi musuh.
                  Pada masa penyusunan pasukan, banyak tokoh agama-politik yang memprovokai rakyat su-paya tidak masuk jadi pasukan sukarela dengan mengatakan: ‘Sesungguhnya kelompok manu-sia Mekah musuh Muhammad sekarang sedang mengumpulkan pasukan amat banyak dari be-berapa wilayah Arab. Maka kalian harus takut pada kekuatan besar mereka dengan menyusun pasukan kecil untuk melawan mereka di medan, karena pasukan kita tidak akan nempil, se-hingga mereka akan membantai pasukan kita. Biarkan pengikut Muhammad yang menghadapi mereka, karena sesungguhnya pasukan itu hendak menumpas Muhammad, bukan kita’.
                  Hasil provokasi tokoh agama-politik itu telah membuat jumlah pasukan sukarela yang ter-himpun amat sedikit, hanya 1000 orang termasuk 300 mu’min penganut politik dan 200 mu’-min penganut agama yang para pemimpinnya mengikuti musyawarah. Sedangkan 500 orang lagi adalah mu’min ummi yang jadi pengikut setia Muhammad sejak awal hijrah ke Madinah, bukan penganut agama-politik. Sebab mu’min ummi tahu, pasukan musuh itu penganut agama-politik (suku) penyembah berhala Ka’bah dan pembenci misi peradaban Muhammad yang ha-rus dilawan mereka, sehingga gembosan agamawan-politisi Madinah bukannya menciutkan ha-ti mereka, sebaliknya justru menambah keimanan mereka.
                  Karena itu setiap gembosan dijawab oleh mereka: ‘Alloh yang jadi panutan kami itu bukan berhala sembahan kalian, tetapi Akal tanpa wujud (antirasa-antijasad) sehingga kami tidak per-nah menyembahnya karena tidak ada yang bisa disembah pada dirinya. Itu alasan dasar orang Mekah membenci misi Muhammad. Karena itu sudah jadi kewajiban kami mempertahankan kebenaran Alloh yang diajarkan Muhammad dari musuh yang bermaksud menghancurkannya. Bagi kami jumlah bukan ukuran, cukup Alloh yang menjadi pelindung kami. Sebab Alloh itu penghidup kami, sehingga bagi kami, Dia adalah pelindung yang paling baik, meksi jumlah kami hanya sedikit’.

Rosul: “Para tokoh agama-suku itu penolak akal, sehingga mereka tidak mengerti rahasia kekuatan iman mu’min ummi justru karena mereka mengetahui bahwa akal adalah penghidup dirinya. Dengan beriman kepada Akal berarti beriman kepada yang menghidupkan dirinya, yang mus-tahil akan mematikan dirinya. Silahkan simpulkan tafsiranmu”.

MASJID DI MADINAH ITU RUMAH RAKYAT UNTUK MUSYAWARAH
Umat: “Ayat 174. Mereka kembali dengan nikmat dan karunia dari Alloh, dan mereka tidak mendapat bencana apa-apa, dan mereka mengikuti keridhoan Alloh. Dan Alloh mempunyai karunia yang besar.
            Tafsirnya:
                  Dari latarbelakang memperoleh keterangan. Ketika penganut agama (kebenaran jasad) dan penganut politik (kebenaran rasa) mati karena rasa-jasadnya sudah tidak mampu menumbuk akalnya lagi, maka diri mereka juga turut mati. Sebaliknya, ketika rasa-jasad orang ummi (pe-nganut kebenaran akal) mati, mereka tidak turut mati karena dirinya telah jadi akal kata-lisator yang dianutnya. Karena itu Muhammad menyatakan, ketika rasa-jasad penganut kebe-naran akal mati, mereka bergirang hati dengan nikmat (zathidup) dan karunia yang besar (ke-kekalan hidup) dari Alloh. Sebab dengan menganut kebenaran akal yang jadi tali Alloh itu, Al-loh tidak menyia-nyiakan kepatuhan makhluknya. Ternyata kepatuhan itu dibalas Alloh dengan memberikan pahala akal berupa kekekalan hidup kepada orang-orang beriman
                  Dari gejala-tampak diperoleh petunjuk. Dalam pembagian harta rampasan perang ada per-bedaan dari perang di Badar. Di perang Badar semua anggota pasukan adalah kaum lelaki (mu’min ummi penganut kebenaran akal) tanpa melihat jenis kelamin, sehingga menurut hukum qisos lompatan bundel, semuanya mendapat bagian harta rampasan aturan sholat siang (hukum lelaki = 8/12 atau 2/3 bagian). Tetapi di perang Uhud, pasukan mu’min terbelah dua dengan hadirnya kaum perempuan (mu’min agama-politik penganut kebenaran rasa-jasad) sehingga mereka mendapat harta rampasan menurut aturan sholat malam (hukum perempuan = 4/12 atau 1/3 bagian). Sedang bagi mu’min yang gugur berlaku aturan sholat pertengahan (hu-kum netral) dengan ketentuan, mu’min ummi mendapat 3/5 dari 2/3 bagian dan mu’min aga-ma-politik mendapat 3/5 dari 1/3 bagian. Sebab yang 2/5 bagian milik akalnya yang tidak butuh materi dan akan digunakan untuk membayar hutang si korban jika punya hutang, untuk kerabatnya, dan untuk pakir miskin, masing-masing 1/3 dari 2/5 bagian. Kalau si korban tidak punya hutang, maka yang 1/3 dari 2/5-nya masuk harta mal bersama bagian pakir-miskin untuk kepentingan dana perjuangan.
                  Musyawarah Jum’at (sidang DPR) di masjid (rumah rakyat) dihadiri semua tokoh agama-suku (politik) yang tergabung pada peradaban Madinah. Dalam musyawarah, Muhammad me-ngemukakan dua opsi, menyusun pasukan sukarela untuk menghadapi musuh di luar Madinah atau menyiapkan rakyat untuk mempertahankan diri dari serangan musuh di perkampungan. Para tokoh mu’min agama-politik cenderung memilih mempertahankan diri di perkampungan, agar serangan musuh dapat dihadapi kekuatan besar rakyat. Tetapi para tokoh mu’min ummi cenderung menghadapi musuh di luar Madinah. Alasannya rakyat tidak boleh dilibatkan dalam tugas menghadapi musuh, agar yang tidak punya kemampuan perang tidak jadi korban sia-sia. Karena tidak diperoleh kesepakatan, para tokoh agama-politik mengusulkan voting. Hasilnya ternyata mu’min ummi yang menang. Artinya, mereka harus menyusun pasukan sukarela untuk menghadapi musuh di Madinah.
                 Dari latarbelakang, gejala-tampak, dan data ilmu diperoleh simpulan berikut. Para mu’min ummi itu orang-orang yang telah meninggalkan kecintaan rasa-jasad, sehingga tidak ada yang takut mati oleh musuh. Itu alasannya dalam setiap perang, jumlah paling banyak dalam pasuk-an sukarela Madinah adalah kelompok mu’min ummi. Sebab mereka yakin, meski jasadnya mati, dirinya tidak ikut mati, karena Alloh akan memberi karunia hidup kekal sebagai kata-lisator. Itulah rahasia kekuatan mu’min ummi pasukan Muhammad. Dengan rahasia itu, nilai seorang mu’min ummi sama dengan 10 orang pasukan biasa. Tandang mereka yang tidak takut mati sangat menakutkan lawan.
                  Ketika jasad mu’min ummi gugur dalam perang, diri mereka kembali ke alam ruh dengan nikmat akal dan karunia hidup kekal dari Alloh. Meski jasadnya mati, mereka tidak merasakan mendapat bencana apa-apa. Mereka tetap bisa menyaksikan kawan-kawannya yang berperang melawan musuh. Sebab mereka mengikuti keridhoan Akal pencipta yang pengasih-penyayang, dan Akal mempunyai karunia besar kepada penganutnya, yaitu kehidupan kekal di sisinya”.
                
POLITISI ITU KERJANYA MENYERET RAKYAT PADA BENCANA
Umat: “Ayat 175. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanya setan yang menakut-nakuti dengan ka-wan-kawannya. Karena itu jangan kamu takut kepada mereka, dan takut kepadaku.jika ka-mu benar-benar orang beriman.
            Tafsirnya:
               Bangsa setan penghuni puncak alam lembut semuanya berwatak sombong karena punya ketahanan tubuh pada suhu 15 juta derajat. Mereka tahu, bakal alam neraka di hari akibat ada-lah alam fana. Mereka sudah merasakan hidup di alam syurga yang suhunya lebih tinggi dari alam fana, sehingga bila alam fana jadi neraka dengan suhu 2 mc2, mereka tidak akan terlalu berat menanggung siksaan. Mungkin pada awal kehidupan di neraka, mereka akan mengalami siksaan panas. Tetapi setelah terbiasa, mereka akan bisa mengabaikan siksaannya. Itu keyakin-an bangsa setan. Karena itu mereka tidak takut oleh siksaan neraka, sehingga menempatkan di-ri sebagai pembangkang Tuhan Alloh (Hukum Akal), dengan menganut hukum rasa-jasad diri-nya, dan selalu menggelincirkan keimanan manusia dengan segala cara.
               Agama menganut kebenaran ritual menyembah mayat (jasad-benda-patung-ka’bah) untuk menghapus dosa dalam mengejar pamrihnya yang memuaskan perasaan. Politik menganut ke-benaran tipudaya (kesepkatan ego kuat) yang memuaskan jasad dalam mengejar ambisinya me- raih kekuasaan-kekayaan. Itu berarti agamawan yang terjun dalam politik adalah penganut ke-benaran yang memuaskan rasa-jasad seperti bangsa setan.
               Karena itu, sesungguhnya mereka yang menggembosi rakyat agar tidak masuk anggota pa-sukan sukarela untuk melawan musuh di luar Madinah, tidak lain dari kaum politisi dan politisi agama berwatak setan. Mereka dengan kawan-kawannya para politisi yang menolak perang di luar Madinah, sengaja menakut-nakuti rakyat dengan jumlah pasukan musuh yang besar, agar tidak ada yang mendukung mu’min ummi yang pergi ke luar Madinah menghadapi musuh. Be-gitulah cara politik berkiprah dalam mengejar ambisinya agar dirinya selamat. Mereka seperti membela rakyat, padahal maksudnya hendak menjerumuskan rakyat kepada serangan pasukan musuh. Karena itu kamu kalangan rakyat jangan takut kepada gembosan politisi-agamawan yg umumnya hendak menjerumuskan kalian ke dalam kebodohan dan bahaya. Tetapi kamu harus takut hanya kepadaku Hukum Akal jika kamu benar-benar orang beriman 
                
                                                                                                                     Bandung, 15 Desember 2010
Tembusan disampaikan kepada yth.:                                                               DP Himpala CS-67
1. Mahkamah Agung RI di Jakarta;                                                                                 Ketua,
2. Presiden RI di Jakarta;
3. DPRD Tk. I dan Gubernur Jabar di Bandung;
4. DPRD Tk. II dan Walikota Bandung;
5. Beberapa Senat Perguruan Tinggi;                                                                   (S. Anwar Effendie)
6. Beberapa Media Massa;                                                                             
7. Beberapa Tokoh Masyarakat;
8. Lain-lain;
9. Arsip.-                                                                                                                                            
Ingin lebih memahami Qur’an? Buka saja qnolednad.blogspot.com atau qnolednad.wordpress.com