DIALOG IMAJINER DENGAN ROSUL MUHAMMAD
No.: 34/DP.CS-67/RAF/12/2010
Kepada yth.:
Ketua MPR-DPR RI
Untuk disebarkan kepada seluruh anggota
Jakarta Pusat l0.000
PARLEMENTER TERSELUBUNG MEMBUAT PARA PEMIMPIN JADI PENGUASA
Memenuhi amanat Alloh yang pengasih-penyayang.
Ketika Tuan Presiden salah omong dengan menyatakan “monarchi bertabrakan dengan demokra-si”, semua media-pengamat-politisi mengkritisinya hingar-bingar. Tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang membetulkan letak kesalahannya, sehingga masyarakat (kaum varia-sudera) Yogya (ter-masuk seniman-budayawannya) yang sumuhun dawuh ngotot supaya Yogya tetap monarchi. Ternyata Tuan Presiden maupun semua media-politisi tukang ngomong itu tidak tahu perbedaan bentuk dan sistem Sebab Monarchi adalah bentuk negara sedangkan demokrasi adalah sistem pemerintahan seperti diktator-absolut-otoriter. Buktinya, pemerintahan orde lama dan orde baru di negara republik juga diktator, meski negaranya bukan monarchi.
Sesungguhnya kesalahan omong Tuan Presiden itu amat sederhana. Seharusnya Tuan SBY me-ngatakan “Monarchi itu bertabrakan dengan NKRI (Republik)”. Karena dalam bentuk Monarchi, tanah negara milik keluarga raja dan raja adalah penguasa (tuhan) yang diangkat turun-temurun. Sedang-kan dalam bentuk NKRI, negara milik Tuhan Alloh dan kepala negara adalah pemimpin (bukan pe-nguasa). Karena itu dalam Monarchi umumnya terjadi revolusi, menghasilkan modernisasi negara jadi Republik sistem parlementer. Keluarga raja tetap pemilik yang mendapat gaji buta dari negara, semen-tara pemerintahan dikuasai wakil rakyat (parlemen) di bawah pimpinan perdana menteri. Artinya, jika Yogya ingin tetap Monarchi dalam NKRI, harus menggunakan sistem parlementer khusus untuk wila-yahnya, sementara NKRI tetap sistem presidentil.
Sistem presidentil adalah kekholifahan dengan kepala negara sebagai pemimpin. Sistem ini tidak bisa dimodernisasi jadi parlementer, karena akan membuat kepala negara tidak lebih dari boneka par-lemen. Buktinya kebijakan mengangkat para pejabat harus atas persetujuan DPR, sehingga sebenarnya para pejabat itu diangkat bukan atas kebijakan Presiden tetapi atas kebijakan DPR, karena fungsi DPR bukan pengawas lagi, tetapi jadi penentu kebijakan. Dan itu berarti NKRI adalah sistem parlementer terselubung. Hasilnya seperti sekarang, hukum negara amburadul karena orang DPR yang jumlahnya ratusan, jadi tuhan-tuhan pengatur-pengendali negara, berkolusi dengan para pengusaha-parpol-pejabat mafia yang merusak tatanan peradaban.
Rosul: “Karena secara terselubung DPR jadi penguasa negara penentu kebijakan dan bukan pengawas kerja yudikatif-eksekutif lagi, maka ratusan anggotanya dengsn seenak perut tanpa punya malu terus menguras duit rakyat untuk kesenangan dirinya. Silahkan buka tafsir barumu”.
KETIKA JASADNYA MATI, PENGANUT AGAMA-POLITIK TURUT MATI
Umat: “Baik. Ali Imron 171-175 adalah komponen pemimpin dari dimensi ilmu. Unsur-unsurnya ada-lah: ayat 171 rumusan akal, ayat 172 gejala-tampak, ayat 173 data ilmu, ayat 174 simpulan pemimpin, dan ayat 175 rumusan hukumnya.
Ayat 171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Alloh, dan Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang beriman.
Tafsirnya:
Di awal penciptaan, Pencipta mengorbankan jasadnya untuk dijadikan bahan isterinya (pa-sangan hidupnya = makhluk). Dengan membuang jasadnya, Pencipta (Dzat Mahahidup) lenyap tinggal Akal (Alloh) tanpa wujud (antirasa-antijasad), dan pembuangan jasad itu membangun Tuhan Alloh (Hukum Akal). Ditempat lenyapnya Alloh muncul thermonuklir raksasa (pelita besar, Nuur 35) yang melangsungkan pembelahan inti berantai sinambung. Hasilnya adalah bangsa zathidup pembawa tenaga-tambahan (isteri) berupa rasa yang mengalir kepada bahan (tenaga negtif pusingan jenuh).
Ketika para zathidup menumbuk bahan (isteri Alloh), rasa bahan pun menjadi hidup. Lalu isteri para zathidup mencampuri bahan, sehingga berlangsung pemadatan bahan melalui perce-patan pusingan terus meningkat. Karena takut mati lagi setelah diciptakan, para zathidup mem-buang para isterinya yang berzina dengan isteri Alloh ke permukaan ruang, dan diri mereka lenyap tanpa wujud (antirasa-antijasad) di ruang ke-80 jadi bangsa katalisator (ruh). Sementa-ra bahan dan tenaga-tambahan yang berzina menggebu-gebu, berakhir pada ledakan besar su-pernova di ruang ke-100 sebagai awal kelahiran alam semesta (Nuur 2-4).
Dengan demikian jelaslah. Alloh itu Akal, Tuhan Alloh adalah Hukum Akal, dan ruh yang jadi katalisator penciptaannya bangsa akal. Baik Akal, Hukum Akal, maupun bangsa akal tidak bisa menerima kebenaran-kepercayaan tidak masuk akal. Karena itu agama yang menganut ke-benaran praktek ritual menyembah mayat (jasad-benda-patung-ka’bah) untuk menghapus dosa (pamrih) yang memuaskan perasaan, dan politik penganut kebenaran tipudaya kesepakatan ego (rasa) untuk meraih kekuasaan (ambisi) yang memuaskan jasad, bukan penganut Alloh dan Tu-han Alloh, tetapi penganut setan (tuhan jasad-rasa) yang kafir dan munafik kepada Alloh.
Ketika penganut agama (kebenaran jasad) dan penganut politik (kebenaran rasa) mati kare-na rasa-jasadnya sudah tidak mampu menumbuk akalnya lagi, diri mereka juga turut mati. Se-baliknya, ketika rasa-jasad orang ummi (penganut kebenaran akal) mati, mereka tidak turut mati karena dirinya telah jadi akal (katalisator) yang dianutnya. Karena itu Muhammad me-nyatakan, ketika rasa-jasad penganut kebenaran akal mati, mereka bergirang hati dengan nik-mat (zathidup) dan karunia yang besar (kekekalan hidup) dari Alloh. Sebab dengan menganut kebenaran akal yang jadi tali Alloh itu, Alloh tidak menyia-nyiakan kepatuhan makhluknya. Ternyata kepatuhan itu dibalas Alloh dengan memberikan pahala akal berupa kekekalan hidup kepada orang-orang beriman”.
Rosul: “Alloh yang Mahahidup itu Akal, dan bangsa akal yang jadi katalisator penciptaan bukan milik makhluk tetapi milik Alloh yang nikmatnya (kemampuan menciptakannya) dianugerahkan ke-pada manusia-jin-malaikat-setan agar dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tetapi karena penganut agama dan politik menolak akal, tentu saja Alloh tidak memberikan akal itu kepada mere-ka. Sebaliknya orang ummi memegang kebenaran nikmat Alloh. Maka Alloh membalasnya bukan hanya dengan memberikan nikmatnya, tetapi akal itu bahkan diberikan kepada peme-gangnya, sehingga pemegangnya jadi katalisator yang tidak mati (hidup kekal) seperti diriNya. Silahkan teruskan tafsirmu”.
ATURAN QISOS SHOLAT DALAM MEMBAGI HARTA RAMPASAN PERANG
Umat: “Ayat 172. Orang-orang yang mentaati perintah Alloh dan rosulnya sesudah mereka ditimpa bahaya. Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang takwa ada pahala besar.
Tafsirnya:
Bangsa akal sebagai nikmat Alloh yang dijadikan katalisator penciptaan penghidup bahan, pembangun jasad, dan pemroses perilaku-perbuatan jasad makhluk adalah moral pengasih-pe-nyayang dengan kemampuan ilmu menciptakan benda teknologi. Ketika manusia memegang kebenaran akal, dia tidak akan pernah berhenti melakukan penelitian terhadap alam peragaan, sehingga memperoleh ilmu-ilmu dan dapat menciptakan berbagai benda teknologi. Sementara moral pengasih-penyayangnya akan menyebarkan ilmu dan benda teknologi temuannya bagi kepentingan masyarakat dengan membuang kepentingan metarialistik dirinya. Kalau teknologi temuannya diperdagangkan juga, itu bukan keinginan dirinya tetapi keinginan para pemilik modal yang mendanai penelitiannya
Contoh di medan Uhud. Dengan ilmu-ilmu tingginya para nabi pengikut Muhammad ber-hasil mengusir pasukan musuh yang jumlahnya amat besar, untuk menolong mu’min agama dari pembantaian. Setelah semua musuh kabur dari medan Uhud, mu’min ummi (penganut per-adaban akal) mengumpulkan tubuh mu’min agama yang selamat dari pembantaian musuh ka-rena tertidur, di tempat pasukan Madinah berkumpul. Ketika para mu’min agama itu terbangun dari tidurnya, mereka menyaksikan mu’min ummi mengumpulkan semua harta rampasan, ter-masuk yang dipegang kawan-kawannya yang mati, sementara yang dipegang dirinya tetap ber-ada dalam pegangannya, tidak diganggu para pengumpul harta rampasan itu.
Mereka mendengar Muhammad bertausiah: ‘Dalam pembagian harta rampasan perang kali ini ada perbedaan dari pembagian di perang Badar. Sebab di perang Badar semua anggota pa-sukan (termasuk penyedia makanan dan pembawa perbekalan) adalah kaum lelaki (mu’min ummi penganut kebenaran akal) tanpa melihat jenis kelamin, sehingga menurut hukum qisos lompatan bundel-bundel di cermin-P semuanya mendapat bagian harta rampasan yang sama, yaitu aturan sholat siang (hukum lelaki = 8/12 atau 2/3 bagian).
Tetapi pada perang Uhud ini, pasukan mu’min terbelah dua dengan hadirnya kaum perem-puan (mu’min agama-politik penganut kebenaran rasa-jasad), sehingga mereka memperoleh harta rampasan menurut aturan sholat malam (hukum perempuan = 4/12 atau 1/3 bagian). Sedang bagi mu’min yang gugur berlaku aturan sholat pertengahan (sholat whusta = hukum netral) dengan ketentuan, mu’min ummi menerima 3/5 dari 2/3 bagian dan mu’min agama-politik menerima 3/5 dari 1/3 bagian. Sebab yang 2/5 bagian itu tenaga-tambahan milik akal-nya yang akan digunakan untuk membayar hutang si korban jika punya hutang, untuk kerabat-nya, dan untuk pakir miskin, masing-masing 1/3 dari 2/5 bagian. Kalau si korban tidak punya hutang, maka yang 1/3 dari 2/5-nya masuk ke dalam harta mal bersama bagian pakir-miskin bagi kepentingan dana perjuangan. Silahkan para nabi mengatur pembagiannya’.
Ternyata pembagian yang diatur para nabi itu sangat adil. Mereka melepaskan diri dari ke-pentingan diri-keluarga-kelompoknya, sehingga para mu’min penganut agama yang diselamat-kan ilmu sirep rosul dan tandang para nabi yang menakutkan pasukan musuh, kebanyakannya jadi malu hati. Harta rampasan yang dalam pegangannya tidak diambil tetapi bahkan ditambah jumlahnya sesuai dengan perhitungan yang telah diatur. Mereka sadar, dirinya bisa selamat da-ri kematian berkat pertolongan rosul, para nabi, dan para mu’min ummi. Kesadaran itu telah membuat mereka menundukkan kepala. Ternyata keimanan mu’min ummi itu tanpa pamrih-ambisi, melainkan keluar dari moralnya yang bersih dari kekotoran rasa-jasad.
Sejak itu mereka berikrar dalam hati akan hijrah anutan dari kepercayaan dogma agama-politik yang egois-materialistik menjadi mu’min ummi (penganut peradaban akal). Ternyata peristiwa perang Uhud telah menjadi pelajaran amat berharga bagi mereka. Karena sejak itu mereka telah berubah jadi orang-orang yang mentaati amanat-amanat (perintah) Alloh dan petunjuk rosulnya dengan ikhlas sesudah mereka lepas dari bahaya (ditimpa bahaya) kematian karena kemaruk harta rampasan.
Dengan menganut kebenaran akal, mereka jadi mengerti sikap kawan-kawannya mu’min ummi yang hidup dalam kesederhanaan, tetapi selalu berbuat kebaikan kepada sesama, tidak memaksakan kehendak, dan selalu berusaha berlaku adil dalam segala urusan yang ditangani-nya. Sebab sesungguhnya ketika berpegang kepada kebenaran akal, kepentingan jasad-materi jadi bernilai amat rendah”
Rosul: “Sesungguhnya mu’min ummi dan para nabi itu sudah memahami hukum-hukum ruang yang mengamanatkan membunuh-mengosongkan-membuang rasa (nafsu) syahwat-angkara-pamrih-ambisi diri. Yang dikejar mereka dalam perjalanan hidupnya ialah takwa (patuh) kepada Tuhan Alloh (Hukum Akal) untuk mendapat pahala besar, yaitu nikmat akal tinggi dan tetap hidup ketika jasadnya mati. Silahkan teruskan lagi tafsirmu”.
RAHASIA KEBERANIAN MU’MIN UMMI, YAKIN DIRINYA TIDAK AKAN MATI
Umat: “Ayat 173. Orang-orang ada yang mengatakan kepada mereka: ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takut kepada mereka’. Perka-taan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: ‘Cukup Alloh jadi pelindung kami dan Alloh sebaik-baik pelindung’.
Tafsirnya:
Peradaban Madinah dibangun Muhammad dalam bentuk pemerintahan demokratis plura-listik penganut Tuhan Alloh. Masyarakatnya bebas menganut agama-kepercayaan masing-ma-sing tanpa diskriminatif samasekali. Tetapi di dalam bermasyarakat, peradaban akal mewajib-kan semua masyarakat mematuhi aturan-uu Hukum Akal yang netral-adil, tidak bisa menerima kebenaran ritual penyembahan agama untuk menghapus dosa yang memuaskan perasaan (pam-rih), dan tidak bisa menerima kebenaran kesepakatan tipudaya politik untuk mengejar kedudu-kan-kekuasaan yang memuaskan jasad (ambisi).
Pada bentuk pemerintahan demokratis demikian, masyarakat bebas memilih langkah hidup sendiri dalam menentukan nasib dirinya. Ketika pengawasan intel memberitahukan bahwa ada kelompok manusia di bawah pimpinan para tokoh Mekah sedang berkumpul menyusun pasuk-an prajurit dalam jumlah banyak untuk menyerang perkampungan Madinah, rakyat Madinah jadi ribut bahkan banyak yang panik. Karena itu Muhammad mengundang para tokoh masyara-kat Madinah dengan panggilan adzan untuk menggelar musyawarah Jum’at di masjid (rumah rakyat = tempat musyawarah) dalam menghadapi masalah tersebut.
Maka berlangsunglah musyawarah Jum’at, dihadiri semua tokoh agama-suku (politik) yang tergabung ke dalam peradaban Madinah. Dalam musyawarah, Muhammad mengemukakan dua opsi: Menyusun pasukan untuk menghadapi musuh di luar Madinah atau mempertahankan diri di perkampungan dari serangan musuh. Para tokoh mu’min agama dan politik semuanya lebih menyukai mempertahankan diri di perkampungan, agar serangan musuh dapat dilawan oleh ke-kuatan seluruh rakyat. Tetapi para tokoh mu’min ummi cenderung memilih menghadapi musuh di luar Madinah. Alasannya, rakyat tidak boleh dibebani tugas berbahaya agar yang tidak pu-nya kemampuan berperang tidak jadi korban sia-sia. Karena sulit diperoleh kesepakatan, para tokoh agama-politik mengusulkan keputusan diambil melalui voting. Hasilnya ternyata para to-koh mu’min ummi yang menang. Artinya, mereka harus menyusun pasukan sukarela yg akan berangkat ke luar Madinah untuk menghadapi musuh.
Pada masa penyusunan pasukan, banyak tokoh agama-politik yang memprovokai rakyat su-paya tidak masuk jadi pasukan sukarela dengan mengatakan: ‘Sesungguhnya kelompok manu-sia Mekah musuh Muhammad sekarang sedang mengumpulkan pasukan amat banyak dari be-berapa wilayah Arab. Maka kalian harus takut pada kekuatan besar mereka dengan menyusun pasukan kecil untuk melawan mereka di medan, karena pasukan kita tidak akan nempil, se-hingga mereka akan membantai pasukan kita. Biarkan pengikut Muhammad yang menghadapi mereka, karena sesungguhnya pasukan itu hendak menumpas Muhammad, bukan kita’.
Hasil provokasi tokoh agama-politik itu telah membuat jumlah pasukan sukarela yang ter-himpun amat sedikit, hanya 1000 orang termasuk 300 mu’min penganut politik dan 200 mu’-min penganut agama yang para pemimpinnya mengikuti musyawarah. Sedangkan 500 orang lagi adalah mu’min ummi yang jadi pengikut setia Muhammad sejak awal hijrah ke Madinah, bukan penganut agama-politik. Sebab mu’min ummi tahu, pasukan musuh itu penganut agama-politik (suku) penyembah berhala Ka’bah dan pembenci misi peradaban Muhammad yang ha-rus dilawan mereka, sehingga gembosan agamawan-politisi Madinah bukannya menciutkan ha-ti mereka, sebaliknya justru menambah keimanan mereka.
Karena itu setiap gembosan dijawab oleh mereka: ‘Alloh yang jadi panutan kami itu bukan berhala sembahan kalian, tetapi Akal tanpa wujud (antirasa-antijasad) sehingga kami tidak per-nah menyembahnya karena tidak ada yang bisa disembah pada dirinya. Itu alasan dasar orang Mekah membenci misi Muhammad. Karena itu sudah jadi kewajiban kami mempertahankan kebenaran Alloh yang diajarkan Muhammad dari musuh yang bermaksud menghancurkannya. Bagi kami jumlah bukan ukuran, cukup Alloh yang menjadi pelindung kami. Sebab Alloh itu penghidup kami, sehingga bagi kami, Dia adalah pelindung yang paling baik, meksi jumlah kami hanya sedikit’.
Rosul: “Para tokoh agama-suku itu penolak akal, sehingga mereka tidak mengerti rahasia kekuatan iman mu’min ummi justru karena mereka mengetahui bahwa akal adalah penghidup dirinya. Dengan beriman kepada Akal berarti beriman kepada yang menghidupkan dirinya, yang mus-tahil akan mematikan dirinya. Silahkan simpulkan tafsiranmu”.
MASJID DI MADINAH ITU RUMAH RAKYAT UNTUK MUSYAWARAH
Umat: “Ayat 174. Mereka kembali dengan nikmat dan karunia dari Alloh, dan mereka tidak mendapat bencana apa-apa, dan mereka mengikuti keridhoan Alloh. Dan Alloh mempunyai karunia yang besar.
Tafsirnya:
Dari latarbelakang memperoleh keterangan. Ketika penganut agama (kebenaran jasad) dan penganut politik (kebenaran rasa) mati karena rasa-jasadnya sudah tidak mampu menumbuk akalnya lagi, maka diri mereka juga turut mati. Sebaliknya, ketika rasa-jasad orang ummi (pe-nganut kebenaran akal) mati, mereka tidak turut mati karena dirinya telah jadi akal kata-lisator yang dianutnya. Karena itu Muhammad menyatakan, ketika rasa-jasad penganut kebe-naran akal mati, mereka bergirang hati dengan nikmat (zathidup) dan karunia yang besar (ke-kekalan hidup) dari Alloh. Sebab dengan menganut kebenaran akal yang jadi tali Alloh itu, Al-loh tidak menyia-nyiakan kepatuhan makhluknya. Ternyata kepatuhan itu dibalas Alloh dengan memberikan pahala akal berupa kekekalan hidup kepada orang-orang beriman
Dari gejala-tampak diperoleh petunjuk. Dalam pembagian harta rampasan perang ada per-bedaan dari perang di Badar. Di perang Badar semua anggota pasukan adalah kaum lelaki (mu’min ummi penganut kebenaran akal) tanpa melihat jenis kelamin, sehingga menurut hukum qisos lompatan bundel, semuanya mendapat bagian harta rampasan aturan sholat siang (hukum lelaki = 8/12 atau 2/3 bagian). Tetapi di perang Uhud, pasukan mu’min terbelah dua dengan hadirnya kaum perempuan (mu’min agama-politik penganut kebenaran rasa-jasad) sehingga mereka mendapat harta rampasan menurut aturan sholat malam (hukum perempuan = 4/12 atau 1/3 bagian). Sedang bagi mu’min yang gugur berlaku aturan sholat pertengahan (hu-kum netral) dengan ketentuan, mu’min ummi mendapat 3/5 dari 2/3 bagian dan mu’min aga-ma-politik mendapat 3/5 dari 1/3 bagian. Sebab yang 2/5 bagian milik akalnya yang tidak butuh materi dan akan digunakan untuk membayar hutang si korban jika punya hutang, untuk kerabatnya, dan untuk pakir miskin, masing-masing 1/3 dari 2/5 bagian. Kalau si korban tidak punya hutang, maka yang 1/3 dari 2/5-nya masuk harta mal bersama bagian pakir-miskin untuk kepentingan dana perjuangan.
Musyawarah Jum’at (sidang DPR) di masjid (rumah rakyat) dihadiri semua tokoh agama-suku (politik) yang tergabung pada peradaban Madinah. Dalam musyawarah, Muhammad me-ngemukakan dua opsi, menyusun pasukan sukarela untuk menghadapi musuh di luar Madinah atau menyiapkan rakyat untuk mempertahankan diri dari serangan musuh di perkampungan. Para tokoh mu’min agama-politik cenderung memilih mempertahankan diri di perkampungan, agar serangan musuh dapat dihadapi kekuatan besar rakyat. Tetapi para tokoh mu’min ummi cenderung menghadapi musuh di luar Madinah. Alasannya rakyat tidak boleh dilibatkan dalam tugas menghadapi musuh, agar yang tidak punya kemampuan perang tidak jadi korban sia-sia. Karena tidak diperoleh kesepakatan, para tokoh agama-politik mengusulkan voting. Hasilnya ternyata mu’min ummi yang menang. Artinya, mereka harus menyusun pasukan sukarela untuk menghadapi musuh di Madinah.
Dari latarbelakang, gejala-tampak, dan data ilmu diperoleh simpulan berikut. Para mu’min ummi itu orang-orang yang telah meninggalkan kecintaan rasa-jasad, sehingga tidak ada yang takut mati oleh musuh. Itu alasannya dalam setiap perang, jumlah paling banyak dalam pasuk-an sukarela Madinah adalah kelompok mu’min ummi. Sebab mereka yakin, meski jasadnya mati, dirinya tidak ikut mati, karena Alloh akan memberi karunia hidup kekal sebagai kata-lisator. Itulah rahasia kekuatan mu’min ummi pasukan Muhammad. Dengan rahasia itu, nilai seorang mu’min ummi sama dengan 10 orang pasukan biasa. Tandang mereka yang tidak takut mati sangat menakutkan lawan.
Ketika jasad mu’min ummi gugur dalam perang, diri mereka kembali ke alam ruh dengan nikmat akal dan karunia hidup kekal dari Alloh. Meski jasadnya mati, mereka tidak merasakan mendapat bencana apa-apa. Mereka tetap bisa menyaksikan kawan-kawannya yang berperang melawan musuh. Sebab mereka mengikuti keridhoan Akal pencipta yang pengasih-penyayang, dan Akal mempunyai karunia besar kepada penganutnya, yaitu kehidupan kekal di sisinya”.
POLITISI ITU KERJANYA MENYERET RAKYAT PADA BENCANA
Umat: “Ayat 175. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanya setan yang menakut-nakuti dengan ka-wan-kawannya. Karena itu jangan kamu takut kepada mereka, dan takut kepadaku.jika ka-mu benar-benar orang beriman.
Tafsirnya:
Bangsa setan penghuni puncak alam lembut semuanya berwatak sombong karena punya ketahanan tubuh pada suhu 15 juta derajat. Mereka tahu, bakal alam neraka di hari akibat ada-lah alam fana. Mereka sudah merasakan hidup di alam syurga yang suhunya lebih tinggi dari alam fana, sehingga bila alam fana jadi neraka dengan suhu 2 mc2, mereka tidak akan terlalu berat menanggung siksaan. Mungkin pada awal kehidupan di neraka, mereka akan mengalami siksaan panas. Tetapi setelah terbiasa, mereka akan bisa mengabaikan siksaannya. Itu keyakin-an bangsa setan. Karena itu mereka tidak takut oleh siksaan neraka, sehingga menempatkan di-ri sebagai pembangkang Tuhan Alloh (Hukum Akal), dengan menganut hukum rasa-jasad diri-nya, dan selalu menggelincirkan keimanan manusia dengan segala cara.
Agama menganut kebenaran ritual menyembah mayat (jasad-benda-patung-ka’bah) untuk menghapus dosa dalam mengejar pamrihnya yang memuaskan perasaan. Politik menganut ke-benaran tipudaya (kesepkatan ego kuat) yang memuaskan jasad dalam mengejar ambisinya me- raih kekuasaan-kekayaan. Itu berarti agamawan yang terjun dalam politik adalah penganut ke-benaran yang memuaskan rasa-jasad seperti bangsa setan.
Karena itu, sesungguhnya mereka yang menggembosi rakyat agar tidak masuk anggota pa-sukan sukarela untuk melawan musuh di luar Madinah, tidak lain dari kaum politisi dan politisi agama berwatak setan. Mereka dengan kawan-kawannya para politisi yang menolak perang di luar Madinah, sengaja menakut-nakuti rakyat dengan jumlah pasukan musuh yang besar, agar tidak ada yang mendukung mu’min ummi yang pergi ke luar Madinah menghadapi musuh. Be-gitulah cara politik berkiprah dalam mengejar ambisinya agar dirinya selamat. Mereka seperti membela rakyat, padahal maksudnya hendak menjerumuskan rakyat kepada serangan pasukan musuh. Karena itu kamu kalangan rakyat jangan takut kepada gembosan politisi-agamawan yg umumnya hendak menjerumuskan kalian ke dalam kebodohan dan bahaya. Tetapi kamu harus takut hanya kepadaku Hukum Akal jika kamu benar-benar orang beriman
Bandung, 15 Desember 2010
Tembusan disampaikan kepada yth.: DP Himpala CS-67
1. Mahkamah Agung RI di Jakarta; Ketua,
2. Presiden RI di Jakarta;
3. DPRD Tk. I dan Gubernur Jabar di Bandung;
4. DPRD Tk. II dan Walikota Bandung;
5. Beberapa Senat Perguruan Tinggi; (S. Anwar Effendie)
6. Beberapa Media Massa;
7. Beberapa Tokoh Masyarakat;
8. Lain-lain;
9. Arsip.-
Ingin lebih memahami Qur’an? Buka saja qnolednad.blogspot.com atau qnolednad.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar